PARIWISATA BAHARI: Raksasa Ekonomi Indonesia Yang Masih Tidur

4 02 2009

Telah terbit di Tabloid Maritim

Sejarah peradaban manusia membuktikan, bahwa kemajuan suatu negara-bangsa amat ditentukan oleh kemampuannya dalam mendiagnosis akar permasalahan dan potensi pembangunan yang dimilikinya, dan kemudian menggunakan seluruh potensi tersebut untuk mengatasi sejumlah permasalahan secara cerdas, cepat, dan tepat. Dari perspektif ekonomi, permasalahan bangsa Indonesia yang paling mendasar dan mendesak adalah: kemiskinan (40 juta orang), pengangguran (37 juta orang), dan penurunan daya saing ekonomi. Kemiskinan dan pengangguran dalam jumlah besar bagaikan ’bom waktu’ yang setiap saat bisa meledak berupa demonstrasi, perkelahian masal, bahkan revolusi sosial. Lebih dari itu, kemiskinan dan pengangguran juga mengakibatkan seseorang (keluarga) tidak mampu mencukupi lima kebutuhan dasarnya (pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan). Sehingga wajar, bila gizi buruk, busung lapar, folio dan diare kini merebak hampir di seluruh Nusantara. Gizi buruk, rendahnya pendidikan dan keterampilan yang menggelayuti kebanyakan saudara-saudara kita membuat daya saing ekonomi Indonesia semakin melorot, dan semakin tergilas oleh roda globalisasi yang sarat dengan persaingan keji semangat neo-liberalisme. Pendeknya, kemiskinan, pengangguran, dan rendahnya mutu SDM merupakan tiga musuh besar bangsa Indonesia yang harus segera dimusnahkan.

Untuk menanggulangi sejumlah persoalan di atas, maka kita harus segera memacu laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (di atas 7,5% per tahun) secara berkesinambungan (sustainable) dan, pada saat bersamaan, ’kue’ pertumbuhan ekonomi tersebut dibagikan kepada seluruh rakyat secara adil; sehingga dalam jangka pendek (5 tahun mendatang) seluruh anak bangsa minimal mampu memenuhi lima kebutuhan dasarnya. Sudah tentu, semua upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan termaksud haruslah mengindahkan daya dukung lingkungan, guna menjamin pembangunan yang kita laksanakan berlangsung secara berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan hanya dapat direngkuh, jika kita mampu melakukan investasi dan usaha untuk:(1) merevitalisasi sumber-sumber pertumbuhan yang ada, dan (2) membangkitkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru (new sources of economic growth). Salah satu sumber pertumbuhan eknonomi baru Indonesia yang potensinya sangat besar adalah pariwisata bahari (marine and coastal tourism). Namun sampai saat ini pemanfaatannya masih sangat rendah. Ibarat ’raksasa ekonomi yang masih tidur’ (the sleeping giant of economy).

Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dikaruniai Tuhan YME berbagai macam ekosistem pesisir dan laut (seperti pantai berpasir, goa, laguna, estuaria, hutan mangrove, padang lamun, rumput laut, dan terumbu karang) yang paling indah dan relatif masih ’perawan’ (pristine, unspoiled) (Mann, 1992). Diantara sepuluh ekosistem terumbu karang terindah dan tarbaik di dunia, enam berada di tanah air yakni Raja Ampat, Wakatobi, Taka Bone Rate, Bunaken, Karimun Jawa, dan Pulau Weh (WTO, 2000). Ringkasnya, kawasan pesisir dan laut Indonesia merupakan tempat ideal bagi seluruh jenis aktivitas pariwisata bahari yang meliputi: (1) sun bathing at the beach or pool; (2) ocean or freshwater swimming; (3) beachside and freshwater sports such as water scooter, sausage boat, water tricycle, wind surfing, surfboarding, paddle board, parasailing, kayacking, catamarans, etc; (4) pleasure boating; (5) ocean yachting; (6) cruising; (7) fishing; (8) diving, snorkeling, glass boat viewing and underwater photography; (9) marine parks; (10) canoeing; and (11) coastal parks, wild life reserves, rain forest, gardens and trails, fishing villages.

Jika kita mampu mengembangkan potensi bahari, maka nilai ekonomi berupa perolehan devisa, sumbangan terhadap PDB, peningkatan pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan sejumlah multiplier effects sangat besar. Sebagai perbandingan adalah Negara Bagian Queensland, Australia dengan panjang garis pantai hanya 2100 km dapat meraup devisa dari pariwisata bahari sebesar US$ 2,1 milyar pada tahun 2003. Demikian juga halnya dengan Malaysia, Thailand, Maladewa, Mauritius, Jamaica, dan Negara lainnya yang telah menikmati nilai ekonomi cukup besar dari pariwisata bahari. Sampai saat ini devisa dari sektor pariwisata bahari di Indonesia baru mencapai sekitar US 1 milyar per tahun.

Untuk meningkatkan kinerja sektor periwisata bahari, lima komponen utama dari sisi pengadaan (supply side) parwisata bahari, yakni objek pariwisata bahari (attractions), transportasi, pelayanan, promosi, dan informasi, harus secara terpadu diperkuat dan dikembangkan, sehingga lebih atraktif atau minmal sama dengan yang ditawarkan oleh negara-negara lain. Selain itu, sektor pariwisata bahari harus didukung oleh kebijakan ploitik-ekonomi (keuangan, ketenagakerjaan, infrastruktur, keamanan dan kenyamanan, dan kebijakan pemerintah lainnya) yang kondusif.





STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI

2 02 2009

Telah kita ketahui bahwa potensi wisata bahari kita sangat beragam dan nilai keindahaanya tiada bandingannya di dunia. Seperti di Kep. Padaido di Papua yang memiliki taman laut yang indah, keindahnya bahkan menepati peringkat tertinggi di dunia dengan skor 35. Dan telah mengalahkan taman laut Great Barrier Reef [skor 28] di Queensland, Australia. Lebih dari itu selain jenis wisata alam (Eco Tourism) seperti taman laut kep. Padaido kita juga masih memiliki banyak jenis wisata bahari lainya yang tersebar di seluruh wilayah nusantara yaitu di antaranya: Wisata Bisnis (Business Tourism), Wisata Pantai (Seaside Tourism), Wisata Budaya (Cultural Tourism), wisata pemancingan (fishing tourism), Wisata Pesiar (Cruise Tourism), Wisata Olahraga (Sport Tourism), dan masih banyak jenis wisata bahari lainya.

Namun potensi yang di miliki tersebut saat ini belum sepenuhnya menjadi keunggulan kompetitif (competitive advantage) bangsa Indonesia yang dapat memberikan kontribusi besar pada perekonomian nasional. Oleh karena itu agar pariwisata bahari benar-benar menjadi salah satu penopang perekonomian negara secara berkelanjutan (an economically sustainable area/ecosytem), maka pariwisata bahari harus di bangun dengan strategi yang terencana dan bervisi jangka panjang.

Strategi pertama, dalam pengelolaan pariwisata bahari tersebut pemerintah harus mengubah dari pendekatan dari sistem birokrasi yang berbelit menjadi sistem pendekatan entrepreurial. Dimana pemerintah dituntut untuk tanggap dan selalu bekerja keras dalam melihat peluang dan memanfaatkan peluang tersebut sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam hal ini pemerintah sebagai pemegang kebijakan harus meyiapkan sebuah regulasi/kebijakan yang mendukung pengembangan pariwisata bahari. Kebijakan tersebut antara lain, menciptkan kawasan ekonomi khusus di kawasan yang sedang mengembangkan pariwisata bahari, misalnya memberikan kebijakan bebas visa pada wisatawan yang akan berkunjung dll.

Kedua, melakukan pemetaan terhadap potensi pariwisata bahari yang dimiliki, yaitu berupa nilai, karakteristiknya, infarstruktur pendukungnya, dan kemampuanya dalam menopang perekonomian. Dengan demikian dapat ditentukan parawisata bahari mana yang harus segera dibangun dan mana yang hanya perlu direvitalisasi. Selain itu kita juga perlu memetakan lingkungan yang terkait dengan pariwisata bahari baik lingkungan internal maupun ekternal. Lingkungan internalnya yang perlu dipetakan adalah sejauh mana kekuatan dan kelemahan (strength and weakness) pariwisata bahari tersebut. Sedangkan Lingkungan eksternal yang perlu dipetakan adalah sosial-budaya, politik/kebijakan, ekonomi-pasar, dan kemampuan teknologi. Selain itu juga perlu di ketahui sejauh mana negara-negara lain melangkah dalam pengembangan pariwisata bahari, sehingga kita bisa belajar dari keberhasilan dan kegagalan mereka dalam mengembangkan pariwisata bahari.

Ketiga, Menyusun rencana investasi dan pembangunan atas berbagai informasi yang telah kita dapatkan dari pemetaan diatas. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ini adalah, bahwa kita tidak hanya akan membangun sebuah pariwisata bahari saja Namun juga perlu di perhatikan faktor pendukungnya seperti akses transportasi, telekomunikasi dll. Dengan demikian rencana pengembangan pariwisata bahari dapat terukur dan tetap sasaran.

Keempat, menciptakan kualitas SDM yang tangguh di bidang paraiwisata bahari, baik skill-nya, kemampuan dalam inovasi, adaptabilitas dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan eksternal, budaya kerja dan tingkat pendidikan serta tingkat pemahaman terhadap permasalahan strategis dan konsep yang akan dilaksanakannya. Karena di masa mendatang keunggulan SDM dalam berinovasi akan sangat penting setara dengan pentingnya SDA dan permodalan. Hal ini terkait dengan perkembangan teknologi yang pesat, khususnya teknologi informasi.

Kelima, melakukan strategi pemasaran yang baik, seperti yang dilakukan negara tetangga kita Thailand yang memasarkan objek wisatannya di televisi-televisi internasional dan berbagai media seperti internet, majalah dan pameran-pameran pariwisata di tingkat internasional. Bahkan mereka menghabiskan dana sekitar US$ 1 miliyar untuk mempromosikan wisata mereka di beberapa jaringan televisi internasional. Bahkan saking kreatifnya, beberapa negara melakukan segmentasi pasar wisatawan, ini seperti yang dilakukan Hong Kong dan Thailand untuk memudahkan merencanakan pengembangan pariwisatanya dengan tidak menyamaratakan pasar wisatawannya.

Kelima strategi ini kirannya dapat membantu bangsa ini dalam rangka memaksimalkan peran pariwisata bahari. Namun tetap saja, strategi-strategi ini tidak akan berarti jika pemerintah, investor/swasta, perbankkan, dan masyarakat tidak bersatu-padu dalam membangun pariwisata bahari untuk kemakmuran rakyat.
Terbit di Tabloid Maritim